PERCERAIAN
Saat
ini perceraian di Amerika tidak dapat dihitung lagi. Jadwal pengadilan
perceraian penuh. Perceraian menggambarkan salah satu persoalan yang utama yang
dihadapi dalam kehidupan rumah tangga saat ini. Walaupun hal itu bukan merupakan
masalah di Negara saat ini, tetapi mungkin akan menjadi masalah di masa yang
akan datang.
Sebagian besar perceraian telah dapat dicegah jika mereka telah mencari
seorang konselor yang saleh dan baik. Sekarang ini perceraian dikabulkan (granted) karena banyak alasan termasuk perselingkuhan (adultery),
kekejaman, desersi (ditinggalkan suami /
istri), suami / istri yang mabuk-mabukan, tidak mencukupi keperluan keluarga,
kemiskinan, hukuman atas tindakan kejahatan, perpisahan karena ketidak-cocokan (incompability),
dan lain-lain.
Hari
ini kita akan melihat tentang pokok perceraian ini dari Alkitab untuk menjawab
sejumlah pertanyaan yang ada dalam pikiran kita. Pertama kita harus melihat
sejenak dari awal untuk dapat mengerti apa yang sedang kita bicarakan. Ini harus
dicatat, bahwa saudara tidak dapat bercerai kalau belum menikah. Dalam
pernikahan ini sebuah kontrak ditanda-tangani dengan pernyataan bahwa mereka
akan tetap mempertahankan pernikahan mereka sampai maut memisahkan mereka. Dalam
pernikahan Allah menunjukkan sebuah mujizat saat dua individu menjadi satu.
Hanya Allah yang dapat memisahkan mereka dengan mengambil salah satu dari
pasangan itu dalam kematian.
Sekarang,
apakah pernikahan itu ? Jika sebuah pasangan dalam keadaan mabuk atau bahkan
dalam pengaruh obat bius, atau sebuah senjata, apakah upacara tersebut merupakan
upacara yang resmi ? Apakah pernikahan semacam ini batal atau tidak berlaku ?
Saudara-saudara,
pernikahan ini dianggap resmi karena hukum mengatakan bahwa pernikahan adalah upacara resmi. Jika surat-surat yang sesuai
ditandatangani maka mereka secara resmi menjadi suami-istri, menjadi sebuah
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan di mata Allah.
Menurut
1 Korintus
6:16, “Atau tidak tahukah kamu, bahwa siapa yang mengikat dirinya pada
perempuan cabul, menjadi satu tubuh dengan dia ? Sebab, demikian kata nas:
‘Keduanya akan menjadi satu daging.’ Hubungan sex merupakan pernikahan.
Pernikahan adalah keduanya baik secara resmi maupun secara rohani, disahkan oleh
Allah sendiri.
Sekarang
kita tahu apakah pernikahan itu, marilah kita melihat apakah ada dasar
perceraian menurut Alkitab. Ya, ada satu dan hanya satu alasan
dan itu adalah perzinahan,
atau ketidaksetiaan.
Matius 19:9, mengatakan, ‘Tetapi
Aku berkata kepadamu : “Barang siapa menceraikan istrinya, kecuali karena
zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah.” Apakah arti
kata perzinahan dalam bagian ini ?
Arti sebenarnya adalah hubungan sezual yang gelap dengan orang yang ketiga.
Yesus juga membuat hubungan berikut antara perzinahan dan perceraian: 1.
Seorang laki-lakin yang menceraikan istrinya, kecuali karena zinah, menjadikan
dia seorang perempuan yang berzinah dan dirinyapun melakukan perzinahan jika dia
menikah dengan perempuan lain. 2. Seorang
laki-laki yang menikahi seorang perempuan yang diceraikan sama dengan melakukan
perzinahan; dan 3. seorang wanita
yang menceraikan suaminya dan menikah dengan laki-laki lain juga dikatakan
melakukan perzinahan.
Sekarang
kita tahu bahwa perceraian karena perzinahan adalah sah menurut Alkitab.
Bagaimana dengan orang-orang yang tidak bersalah, haruskah mereka meminta
bercerai berdasarkan Matius 19:9.
Perceraian tidak pernah diperintahkan, hal ini diizinkan dalam beberapa hal.
Perceraian bukanlah rencana Allah bagi manusia. Matius 19:4-5, mereka diizinkan
bercerai menurut Yesus dalam Matius 19:8, “Karena
ketegaran hatimu, Musa menizinkan kamu menceraikan istrimu, tetapi sejak semula
tidaklah demikian.” Dengan kata lain, perceraian tidak pernah menjadi
kehendak Allah. Dia mengizinkan perceraian karena ketegaran hati (hard
heartedness) kita.
Setelah seseorang telah diceraikan, dapatkah mereka menikah kembali menurut
Alkitab ? Kita harus ingat bahwa perceraian bukan
kehendak Allah bagu manusia, Dia
hanya memperbolehkan, tetapi tidak memberkatinya.
Mungkin anda mengatakan, ‘Saya
mengenal orang
yang bercerai
dan hidupnya jauh lebih baik. Saya
juga mengenal orang
seperti itu, tetapi itu hanya secara jasmani saja.
Kita sebagai orang Kristen akan diadili
menurut apa yang kita lakukan dalam kehidupan kita di
bumi ini dan dalam Alkitab jelas
bahwa menurut orang Kristen yang mau menderita
akhirnya masuk sorga.
Saudara-saudara,
jika seorang diceraikan berdasarkan alkitab, dia akan bebas untuk menikah lagi (Ulangan
24:2). Jika mereka diceraikan tidak berdasarkan Alkitab, dan mereka menikah
lagi, maka pernikahan yang kedua akan menjadi
“hidup dalam perzinahan”. saudara-saudara, ada sebuah noda (stigma)
terhadap perceraian sebab ini menggambarkan peristiwa yang menyedihkan yang
telah meruntuhkan (undermine) rumah
tangga, dasar kemasyarakatan dan karena kesengsaraan (misery)
yang mengikutinya, rumah-tangga yang hancur, sakit hati dan patah hati,
anak-anak tunawisma (homeless), para
pemuda yang jahat, kesepian, samudra air mata dan bahkan bunuh diri dan gila.
Percerasian adalah suatu tragedi, sesuatu yang menyedihkan.
Mengapa kita
harus menghindari perceraian ?
Pertanyaan ini nampaknya banyak dibicarakan akhir-akhir ini. Orang yang
merasa tidak bahagia dalam pernikahannya nampaknya tidak dapat mengerti bahwa
mereka harus tetap hidup bersama, khususnya jika mereka adalah orang Kristen.
Alasan yang paling utama yang ada dalam pikiran saya adalah Firman Allah.
Perceraian bertentangan dengan Kehendak Allah. Kita telah belajar bahwa
perceraian bukan kehendak Allah untuk manusia.
Selain karena alasan Alkitab, juga karena masalah-masalah social dan
alasan moral; 1. orang tua perlu
menyadari kesejahteraan anak-anak yang akan paling menderita karena perceraian. Allah memberikan anak-anak itu untuk
mengajar orang tua membesarkan mereka. Mereka mempunyai hak untuk memiliki
keduanya baik ayah maupun ibu. 2. Pasangan
harus menyadari bahwa perceraian menimbulkan skandal. 3.
Beberapa gereja menolak hak gereja untuk menceraikan orang. Saya tidak
mengatakan bahwa mereka benar, akan tetapi ada. 4.
Banyak orang Kristen melihat bahwa perceraian adalah dosa, tanpa
memperhatikan lingkungan atau situasi. 5.
Kesulitan ekonomi sering menyebabkan perceraian. Kami mempunyai kata-kata
orang tua di Amerika yang kadang-kadang membuat kami berpikir tentang perkawinan,
“Dua orang dapat hidup sama murahnya
dengan satu orang”. Saudara-saudara, hal itu tidak semuanya benar untuk
semua pola hidup, tetapi benar untuk banyak hal. 6.
Perceraian adalah sebuah hak umum yang sama sekali gagal. Dan 7.
Perceraian adalah kehancuran dari kasih dan kebahagiaan dalam pernikahan.
Saudara-saudara, Perceraian atau perpisahkan yang sah disebabkan oleh beberapa
kepentingan diri sendiri dari seseorang.
Dapatkah orang
yang bercerai masuk sorga ?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, pertama-tama kita harus menjernihkannya (clarify) terlebih
dahulu. Ya, Jika orangtersebut mempunyai dasar Alkitab dalam perceraian, kita
sudah mengetahui sebelumnya bahwa Allah mengizinkan perceraian itu atas dasar
perzinahan, yang diterjemahkan dalam beberapa penerjemahan sebagai “ketidaksetiaan”.
Yang arti dasarnya adalah hubungan sex gelap dengan orang yang
ketiga.
Dr. Rice dan Dr. Oir ? menasehatkan (suggest)
bahwa hubungan ini artinya hanya jika orang
yang lain telah menjadi seorang yang sudah biasa berhubungan sex di luar
nikah, biasanya, orang yang tidak bersalah akan memaafkan orang yag bersalah,
terhadap pengakuan dan bersatu kembali. Tetapi, untuk masalah yang terus menerus,
Tuhan mengizinkan sebuah perceraian. Bagaimanapun juga anak Allah tetap berada
dalam kehendak-Nya.
Persoalannya untuk menjawab pertanyaan ini kita tidak sungguh-sungguh
mengenal orang tersebut. Perceraian tidak dapat membuat seseorang ke luar dari
sorga, tetapi hak tersebut berhubungan dengan kehendak Allah. Kita sebagai
manusia sering menggunakan peristiwa-peristiwa dalam kehidupan orang lain untuk
memutuskan apakah mereka selamat. Kita sebagai manusia tidak seharusnya
melakukan hal itu, kita hanya dapat melihat bagian luar seseorang. Allah adalah
satu-satunya yang dapat melihat hati manusia. Dia satu-satunya yang dapat
membuat keputusan siapa yang akan masuk sorga.
Perceraian tidak berbeda dari dosa-dosa yang lainnya, dan kita sebagai
manusia perlu untuk dibersihkan dari dosa-dosa kita, dan dengan perceraian bukan
merupakan jalan agar hidup kita dibersihkan. Jika sebuah pasangan benar-benar
diselamatkan dan berusaha menyenangkan Allah, mereka tidak akan pernah
memikirkan perceraian.
Apa yang harus
dilakukan orang yang sudah menikah ? /Siapa yang bermaksud bercerai ?
Walaupun
kita tidak mempunyai masalah tersebut di sini, kita mempunyai sesuatu yang
menyebabkan perpisahan. Dalam surat mereka masih hidup dalam pernikahan, tetapi
kenyataanya mereka bercerai, tidak pernah hidup dalam rumah tangga yang membawa
kehormatan dan kemuliaan Tuhan dan Juru Selamat kita Yesus.
Keduanya
sumi dan istri yang ingin bercerai atai berpisah secara sah seharusnya
memperbarui janji mereka untuk lebih baik atau lebih buruk, sampai mati
memisahkan kita. Langkah selanjutnya seharusnya untuk masing-masing orang
memperoleh hak bersama dengan Tuhan dan kemudian yang lainnya; pengakuan dan
pertobatan dengan saling kebersamaan akan membuat beberapa pernikahan berhasil.
Lebih banyak berdoa bersama tentu akan sangat membantu untuk mendapatkan kembali
perkawinan itu seperti semula. Juga harus meluangkan waktu untuk berdoa sendiri,
melalui doa pribadi, Allah dapat bekerja dalam hati kita untuk membuat kita
menjadi seperti Yesus.
Pencegahan
yang paling penting terhadap perceraian, pastikan bahwa keduanya adalah orang
Kristen, dengan iman yang sama akan mendapatkan beberapa kepentingan bersama.
Kadang-kadang
anak-anak kecil sering menjadi cara pemecahan masalah material, mencegah
anak-anak menuju ketidak-puasan, frustasi dan pertengakaran. Istri membiarkan
suami menjadi suami yang sebebarnya, kepala rumah-tangga (bukan
hanya sebagai figure kepala rumah-tangga saja). Istri menjadi subyektif
kepada suaminya, untuk memperbaiki
sebuah rumah-tangga yang hancur memerlukan waktu yang lama.
Suami
dan istri terus saling merayu (woo), masing-masing memerlukan banyak kasih sayang. Dan yang
terakhir jika saudara ingin memperbaiki perkawinan teruslah meminta kepada Allah
untuk memberi cinta yang suci kepada saudara berdua.
|