MORALITAS

Kita hidup dalam masa ketika laki-laki dan perempuan sedang berusaha untuk mengubah standar dan kode moral yang telah diberikan oleh Tuhan selama berabad-abad.

Jika kita hanya dapat mengingat bahwa Allah adalah Suci dan Adil, dan tidak berubah; demikian ukuran-Nya mengenai moralitas juga tidak berubah menurut kemajuan zaman. Perubahan-perubahan moralitas itu disebut “Moralitas Baru” yaitu yang menyatakan kembali kode-kode menurut pandangan pengetahuan dan ilmu pengetahuan yang baru. Tetapi kenyataanya hal ini justru kembali kepada moralitas pada zaman Roma. Rasul Paulus menulis dalam Roma 1:24, 28-31 “Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran tubuh mereka. Dan karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui allah, maka Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas: penuh dengan rupa-rupa kelaliman, kejahatan, keserakahan dan kebusukan, penuh dengan dengki, pembunuhan, perselisihan, tipu muslihat dan kefasikan. Mereka adalah pengumpat, pemfitnah, pembenci Allah kurang ajar, congkak, sombong, pandai dalam kejahatan, tidak taat kepada orang tua, tidak berakal, tidak setia, tidak penyayang, tidak mengenal belas kasihan.”. Saudara-saudara yang terkasih, bukan kemajuan, saya melihat melainkan kemunduran. Dalam hal moralitas di abad ke 21 ini, kita  telah mengalami kemunduran.

            Jika moralitas kita yang baru tidak mengalami kemajuan, apakah ini artinya ? kahekat moralitas baru adalah 1. ini untuk orang-orang yang belum menikah yang hidup bersama seperti suami istri sebagai “percobaan pernikahan” untuk mengetahui apakah mereka dapat hidup bersama dengan bahagia. 2. ini untuk orang-orang yang sudah menikah yang meninggalkan ikatan pernikahan dan menikmati hubungan yang dengan orang yang bukan pasangannya untuk memuaskan nafsu birahi yang tidak terpenuhi. Ajaran ini mengatakan bahwa jika seseorang menuruti hatinya dalam pengalaman sex ini (di dalam atau di luar pernikahan) itu akan memberi kemampuan untuk merasakan hubungan dengan alam semesta dan dengan Allah. Tetapi hal itu tidak benar. Mereka mengatakan bahwa benar dan salah adalah istilah yang relatif, hal itu menurut keinginan manusia bukan berdasarkan pada peraturan hukum. Mereka mengatakan bahwa sex adalah ungkapan kasih atau cinta dan tidak seharusnya dilarang atau dibatasi. Homosexualitas (atau Lesbianisme) adalah sebuah ungkapan dari kasih (cinta) antara orang yang mempunyai kelamin yang sama dan oleh sebab itu seharusnya dilegalisasi, biarkan orang-orang tersebut mengekspresikan diri mereka kepada orang lain dengan cara mereka sendiri yang alami.  Dengan alasan perasaan kasihan (atau terharu), moralitas baru memaafkan perzinahan, perselingkuhan dan lain-lain.

Saudara-saudara, kita harus ingat bahwa persetubuhan semacam itu dapat mengakibatkan penyakit kelamin, kata dr. Ernest Claxton, dalam majalah kristen yang diterbitkan pada bulan Desember 1965 dan 1966. Itu sudah lama sekali dan tentu telah berlalu. Khususnya ketika kita berpikir tentang Aid sebagai akibat langsung dari Homosekxual. Sebagian besar orang pada zaman modern ini telah melupakan apa yang dikatakan Alkitab tentang dosa-dosa manusia, “Apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.” (Galatia 6:7). Perintah Allah masih tetap benar sampai saat ini. Keluaran 20:14, “Jangan berzinah!!”. Jangan, bahkan sampai Abad ke 22 atau sampai kapanpun perintah itu tidak berubah.

            Allah mempunyai suatu standar moralitas untuk umat-Nya. Rasul Paulus marah kepada jemaat di Korintus sebab pelanggaran susila yang terdapat dalam jemaat                   

(I Korintus 5:1). Nampaknya salah satu dari anggotanya mempunyai hubungan dengan ibu tirinya. Kita sebagai orang Kristen perlu untuk mengingat bahwa kita telah dipanggil untuk memuliakan Allah dengan tubuh kita “Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu.” (Korintus 6:20). Tentu hal ini hanya dapat menjadi seperti yang kita pertahankan (atau kita pelihara) susuai dengan standar kesucian dan kebenaran yang dinyatakan dalam Alkitab, khususnya dalam 10 Hukum Taurat. Roma 1:18, menyalahkan moralitas baru dan semua pelanggaran susila dengan firman : “Sebab murka Allah nyata dari Sorga atas segala kefasikkan dan kelaliman manusia.”

            Standar Allah tentang moralitas juga dinyatakan dalam I Petrus 1:15, 16, “Tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis : ‘Kuduslah kamu sebab Aku kudus’.   Imamat 11:44; 19:2; 20:7.

Yesus juga mengiginkan moral kita standar dalam khotbah di gunung dalam Matius 5:48, “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.”.   Sebagai orang Kristen kita telah dipanggil untuk meninggalkan 17 perbuatan daging yang terdapat dalam  Galatia 5:19-21, dan untuk menghasilkan sembilan buah Roh dari Galatia 5:22, 23.  I Yohanes 2:17, mengajarkan bahwa dunia ini akan lenyap dengan keinginannya, tetapi dia yang melakukan kehendak Allah akan hidup selamanya . I Timotius 5:22  mengatakan, “…Janganlah terbawa-bawa ke dalam dosa orang lain. Jagalah kemurnian dirimu.”  Ini termasuk ke-duanya tidak hanya kemurnian di luar (atau melakukan perbuatan yang tidak susila) tetapi juga kemurnian di dalam yaitu dalam alam pikiran (Matius 5:28). Inilah sebabnya mengapa Rasul Paulus mengatakan dalam I Korintus 7:1, “Adalah baik bagi laki-laki, kalau ia tidak kawin.” Wanita dan para remaja putri tidak mengijinkan laki-laki menyentuhmu sampai kamu menikah. Hal ini menyenangkan Allah dan akan membuat saudara bahagia dalam hidupmu.

 

Apakah Orang Kristen harus terlibat dalam memberitahukan kepada orang-orang yang tidak percaya mengenai kebenaran sehubungan dengan moralitas ?

Ya, seribu kali ya ! Jika orang-orang Kristen tidak mulai dengan berpegang pada prinsip-prinsip Alkitab, kita menjawab Allah untuk kekurangan pendirian (atau sikap) kita. Jika kita tidak memperingatkan dunia, siapa yang akan memperingatkam mereka. Sebagai anak-anak Allah, kita mempunyai tugas untuk memberitahukan kepada orang-orang bahwa Iblis sedang menipu mereka, pelanggaran moral  tidak akan membawa kebahagiaan. Dunia yang tidak percaya sedang diberitahu dan di-didik dengan setiap hal yang ada dimana oleh pola hidup yang tidak susila menghasilkan kebahagiaan, moralitas yang baru ini menempatkan wanita kembali seperti ratusan tahun yang lalu dengan mengatakan pada mereka bahwa mereka bebas untuk mengizinkan orang jahat menentukan jalan mereka.

            Rev. Harold J. Ockenga dalam Sekolah Minggu mengatakan, ‘Jawaban untuk moralitas baru tidak hanya theology tetapi individu, ada dalam hati yang bersih, yang dibersihkan oleh darah Kristus.’ I Yohanes 1:9 mengatakan, “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” Kita juga tahu hal ini ada dalam pernyataan kehendak Allah, untuk menjauhkan diri dari perbuatan zinah. “Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu  supaya kamu menjauhi percabulan.” I Tesalonika 4:3. Dengan kata lain kita tidak mempunyai pengharapan tanpa pertobatan dari dosa-dosa kita, meninggalkannya dan menjadi bersih selama hidup menurut kehendak Allah. Dan kita menerima kebebasan kita dalam Kristus untuk melawan semua pelanggaran moral dan kita tidak pernah dibiarkan untuk memenuhi nafsu birahi dan perbuatan-perbuatan  kedagingan.

 

Apa yang dikatakan Alkitab tentang ketidaksusilaan ?

            Sebagian besar orang pada zaman ini tidak mengerti perlunya moralitas yang baik. Kebanyakan orang tidak mengerti bahwa pelanggaran susila akan menghancurkan suatu negara. Sejarah telah mencatat runtuhnya banyak negara-negara besar karena pelanggaran susila. Itulah sebabnya mengapa pelanggaran susila adalah dosa, suatu pelanggaran hukum Allah yang Mahakuasa. Amsal 14:34 mengatakan kepada kita, “Kebenaran meninggalkan derajat bangsa, tetapi dosa adalah noda bangsa”.

            Kita tahu kata ‘pelanggaran susila (asusila)’ tidak muncul dalam Alkitab tetapi kata ini mempunyai dua arti dasar dalam penggunaan modern, 1. ketidak-sucian seks dan 2. kebohongan (ke-tidak–jujuran) dan dusta.

            Pertama, marilah kita melihat ketidak sucian seks; perzinahan yang dilarang (Keluaran 20:14). Hal ini dilakukan melalui hubungan seks ketika sedikitnya salah satu pasangan sudah menikah. Perzinahan dilarang dalam Kisah Para Rasul 15:20, hubungan seks antara orang yang belum menikah. Bersifat seperti perempuan - (I Korintus 6:9), bagi laki-laki yang menjadi seperti perempuan. Orang cemar – (Efesus 5:5) seorang laki-laki yang melakukan perzinahan. Homoseksual – Roma 1:27 - Dosa sodomi. Kejadian 19:5, laki-laki terlibat hubungan seksual dengan laki-laki.  Lesbian – Roma 1:27, wanita melakukan hubungan seksual dengan wanita. Ketelanjangan -  Keluaran 32:25, bangsa yang telanjang mengikuti pelanggaran susila dan penyembahan berhala. Kita perlu berhati-hati terhadap rok pendek, garis leher yang rendah, dan pakaian renang yang tidak sopan.

            Penipuan dan dusta juga merupakan sebuah bentuk dari pelanggaran susila. Penipuan disalahkan dalam Amos 8:5. Ketidakjujuran harus ditinggalkan,    II Korintus 4:2. Penyuapan (bribery) kepada orang lain untuk keluar dari atau mempercepat pekerjaan tentu disalahkan menurut ayub 15:34, Amos 5:12 dan Yesaya 33:15 menunjukkan bahwa kita harus menolak suap.

            Saudara-saudara, terus dan terus kita dapat berbicara tentang praktek-praktek pelanggaran susila yang telah masuk dengan pelan-pelan ke dalam gereja, orang-orang percaya dimana saja ditipu oleh Iblis.

 

Apakah beberapa perbedaan antara moralitas dan pelanggaran moral ?

            Kadang-kadang hal ini sulit untuk diuraikan khususnya bagi manusia tetapi Allah menggunakan Tali Sipat dalam Amos 7:7-8 “Inilah yang diperlihatkan-Nya kepadaku: Tampak Tuhan berdiri dekat sebuah tembok yang tegak lurus, dan ditangan-Nya ada tali sipat. Lalu berfirmalah TUHAN kepadaku : ‘Apakah yang kau lihat Amos ?’ Jawabku : ‘Tali Sipat’ Berfirmanlah Tuhan : ‘Sesungguhnya Aku akan menaruh tali sipat di tengah-tengah umat-Ku Israel; aku tidak memaafkannya lagi.” Tali sipat digunakan oleh para tukang bangunan untuk membangun tembok yang lurus pada suatu bangunan. Dengan kata lain Allah akan memberi umat-Nya sebuah garis untuk di-ikuti, untuk menolong mereka berjalan lurus dalam hidup dan tentunya garis itu adalah Yesus. Jika kita mengikuti Yesus kita akan berjalan lurus menurut garis itu dalam hidup kita. Kita akan melakukan apa yang dikehendaki Allah Bapa untuk kita lakukan. Kristus adalah teladan bagi orang-orang Kristen. Dan Kristus yang menghakimi hati dan keinginan antara hitam dan putih, baik dan buruk, gelap dan terang. Kita perlu belajar untuk mematuhi tali sipat Allah, jika kita mengiginkan hidup yang bahagia di sini di bumi ini dan sesudah itu diterima dalam kemuliaan oleh Dia, kita perlu untuk mengikuti Tali Sipat kita yaitu “Yesus”.

            Moralitas (menurut kamus) adalah ‘Ajaran atau praktek dari tugas-tugas dalam kehidupan dan   kebajikan. Sekarang kamus mengatakan, ‘pelanggaran moral’  adalah sifat tidak bermoral berlawanan dengan hukum moral atau hukum masyarakat (umum). Bahkan di sini kamus umum mengatakan bahwa pelanggaran moral adalah tidak baik untuk masyarakat. Oleh sebab itu Iblis menggunakan moralitas ini untuk menghancurkan negara kita.

            Saudara-saudara, kita perlu bijaksana dan berbalik dari praktek-praktek pelanggaran moral dan juga mereka yang hidup dalam pelanggaran moral ini. Negara kita sedang dihancurkan dengan nafsu kita sendiri.