MENYERAHKAN HIDUP BAGI KRISTUS

Kata “hidup bagi Kristus” artinya membaktikan, menyerahkan, memisahkan atau menjauhkan diri dari keinginan kita dan lebih mengutamakan hidup untuk pelayanan atau kemuliaan Tuhan.

            Hidup bagi Kristus bukan berarti perubahan hidup atau suatu keadaan yang sempurna dan tak berdosa. Hidup bagi Kristus tidak bisa secara tiba-tiba (tergesa-gesa) atau emosi yang membangkitkan kita. Hidup bagi Kristus artinya sungguh-sungguh mempercayakan jiwa orang tersebut secara penuh pada Yesus yang memberi keselamatan dan menyediakan hidupnya untuk melayani-Nya selama masih hidup. Artinya memberikan diri kita selamanya kepada Yesus yang telah menebus kita dengan harga yang mahal yaitu hidup-Nya atau dengan darah-Nya yang tertumpah untuk kita. Itulah caranya Ia membayar dosa-dosa kita dan membawa kita untuk pelayanan-Nya. Kita harus selalu mengingat bahwa kita tidak perlu memberikan hidup kita sepenuh waktu tetapi menyerahkan hidup kita pada Allah yang menyebabkan kita rela memberikan diri kita dalam pelayanan-Nya.          I Tawarikh 29:5b, menjelaskan hal tersebut; Maka siapa pada hari ini yang rela memberikan persembahan kepada TUHAN ?

            Jadi pelayanan adalah salah satu segi hidup bagi Kristus, dan segi yang lainnya adalah beribadah. Setelah keselamatan kita terpisah dari dunia untuk beribadah kepada Allah. Karena orang yang belum diselamatkan pasti tidak beribadah kepada Allah, khususnya beribadah dalam roh dan kebenaran. Ibadah yang dilakukan oleh orang yang belum percaya, kebanyakan dilakukan dari sudut pandang manusia.

            Melihat dari I Tawarikh 29:5, kita dapat melihat pertanyaan “Siapa yang rela ?” Ini merupakan saat dimana Tuhan memberi kesempatan kepada kita untuk menawarkan diri kita kepada Allah. “ Siapa yang rela memberikan persembahan ?” memberitahukan kepada kita bahwa hal ini merupakan tindakan dari kerelaan kita. Allah menguduskan kita atau menyisihkan kita dengan maksud untuk melayani-Nya, tetapi menyerahkan hidup bagi Tuhan akan menjadi sempurna jika kita mengambil tindakan yaitu dengan membuat suatu keputusan. Sekarang kita harus memutuskan siapa yang akan memerintah hidup kita, “kita” atau “Allah”. ………. “Saya“ sekarang harus menyerah kapada kekuasaan Kristus untuk melengkapi penyerahan hidup saya kepada-Nya. Dan kita harus ingat bahwa Allah memberikan kepada kita suatu kesempatan untuk melayani-Nya, dan Ia tidak akan pernah memaksakan kehendaknya terhadap anak-anak-Nya. Sebagai contoh kita bisa melihat pada anak-anak kita, ketika mereka dilahirkan, mereka anak-anak kita. Kadang-kadang sebagai orang tua mempunyai keperluan yang dapat mereka penuhi, dan memang seharusnya mereka penuhi, tetapi mereka tidak mau memenuhinya, sungguh menyenangkan kita jika mereka bekerja untuk kita, tidak ada hati yang penuh kasih selain tuntutan yang menjadi bagian kita. Ketika kita diselamatkan, Allah menguduskan kita dengan mengkhususkan kita untuk pelayanan-Nya, tetapi Dia tidak suka memaksa kita dalam pelayanan. Allah senang ketika kita melayani-Nya dari hati yang penuh kasih.

            Kalau kita melihat dari hidup Abraham, kita dapat melihat seorang laki-laki yang rela memberikan hidupnya untuk melayani Allah. Dalam Kejadian 12:1, anda dapat membaca di mana dia diminta untuk meninggalkan negerinya dan orang-orang yang dikasihinya untuk melayani Allah. Dia mengajak salah satu anggota keluarganya bersama dia dan bahkan diminta untuk berpisah dari dia                        (Kejadian 13:9) memberitahukan kepada kita tentang perpisahan tersebut. Kemudian dalam hidupnya, dikatakan dia berpisah dari Hagar dan Ismail anaknya. Anda dapat membaca tentang hal itu dari Kejadian 21:10. dan datang pengorbanan yang terbesar dari hidupnya, dalam Kejadian 22, Dimana Allah meminta dia  untuk mengorbankan anaknya yang tunggal anak dari istrinya Sarah. Saya harus mengakui bahwa Abraham, menerima panggilannya  dengan janji.

            Dalam Perjanjian Baru, Rasul Paulus baru saja masuk sebagai anak Allah seperti Abraham. Dia mengingatkan kepada kita  dalam salah satu suratnya bahwa semua orang Kristen yang dilahirkan kembali seharusnya menyerahkan hidupnya kepada Bapa. Dia mulai dari Roma 12:1, dengan permohonannya, …Aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah, itu adlah abadahmu yang sejati.” dari bagian terakhir ayat itu, kita dapat dengan pasti melihat bahwa hal ini adalah tugas kita, sebagai orang Kristen untuk melayani Allah.

            Marilah kita menyimpulkan apa yang telah kita pelajari  sampai sejauh ini. Penyerahan hidup meliputi dua tindakan; pertama adalah menyerahkan keinginan kita kepada kehendak Allah,  memberikan diri kita kepada Kristus untuk kemuliaan-Nya. Kedua, penyerahan hidup adalah tindakan Allah ketika Dia menerima pengorbanan yang kita lakukan. Kembali dalam Perjanjian Lama, kita dapat melihat bahwa imam tidak menyerahkan hidup mereka. Harun dan anak-anaknya laki-laki hanya menyerahkan hidup mereka saja. Hidup bagi Allah meliputi penyerahan diri kepada Allah. Mikha 4:13, “…engkau akan mengkhususkan rampasan bagi Tuhan dan kekayaan mereka bagi Tuhan seluruh bumi”. Penyerahan hidup juga meliputi peng-khususan waktu bagi Tuhan                  (Bilangan 6:12), “Dan mengkhususkan waktu kenazirannya bagi Tuhan …”. Ini termasuk dipenuhi dengan Roh Kudus Efesus 5:18, “… tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh”.

            Mari kita melihat kembali dalam Roma 12:1, dan mencoba untuk mempelajari sedikit lebih dalam tentang tindakan dari penyerahan hidup. Dalam ayat ini kita sudah mempelajari perlunya untuk “menyerahkan tubuh kita”.  Itu merupakan suatu tindakan dengan kerelaan. Ini juga sangat pribadi, sebab yang kita serahkan itu tubuh kita dan hanya sekali kita menyerahkan tubuh kita, ini hidup kita sebab kita hidup dalam tubuh yang fana ini. Menyerahkan tubuh kita menjadi suatu persembahan, persembahan yang hidup. Ini menempatkan hidup kita di atas altar, seperti Abraham menyerahkan Iskak. Penyerahan hidup kita kepada Allah tentu akan menyenangkan hati Bapa kita di sorga. Bagi saya hal ini merupakan suatu tindakan tertinggi dari ibadah. Kejadian 22:5, mengatakan, …kami akan sembahyang, sesudah itu kami kembali kepadamu.”  Penjelasan yang diberikan oleh Rasul Paulus adalah; Pelayanan yang layak”. Jika kita telah sungguh-sungguh diselamatkan maka layak jika kita memberi pelayanan kita kepada-Nya. Billy Sunday mengatakan, “pelayanan Tuhan bukanlah hal yang tidak layak tetapi hal Ini merupakan sesuatu yang  pantas dilakukan”. Jika kita hanya memikirkannya sebentar, saya percaya bahwa kita tidak dapat mencapai kesimpulan apapun. Jika kita memikirkannya lebih dalam, hal ini akan sangat berat, marilah kita mengingat, bagaimana beratnya Bapa berpisah dengan Anak-Nya untuk mati di atas salib yang kejam. Bagaimana dengan Abraham ketika ia menyerahkan anaknya yang tunggal, Iskak. Hal itu sangat berat tetapi dia tahu bahwa hal itu adalah tugasnya terhadap Allah yang suci, Sang Pencipta alam semesta. Hidup Yusuf sulit. Berat bagi Ayub untuk menderita bagi Allah. Berat bagi Musa untuk meninggalkan kenyamanan  istana. Berat bagi Rasul Paulus untuk bersaksi di Roma dan Efesus, tetapi mereka semua melakukannya, sebab itu kehendak Allah yang Suci.

            Apa yang harus kita serahkan pada Allah ? Tubuh kita. Tubuh saya dan tubuh saudara harus diberikan kepada Allah untuk digunakan sesuai kehendak-Nya, sehingga Ia akan menerima kemuliaan. Kita harus ingat tubuh kita bukan milik kita sendiri. Tubuh kita telah ditebus oleh Kristus dengan darah-Nya. Marilah kita berikan semua kekuatan jasmani kita. Memuji Dia karena kesehatan kita menggunakannya untuk kemuliaan-Nya. Berikan kepada-Nya kaki kita untuk disuruh bermurah hati, ketika kita sedang menyampaikan Injil kepada seseorang. Berikan tangan kita kepada-Nya untuk melakukan perbuatan baik dan mengangkat mereka yang jatuh. Berikan mata kita pada-Nya untuk mencari kaum fakir miskin dan binasa. Berikan telinga pada-Nya untuk mendengar yang manangis karena tertekan dan carilah untuk Dia. Berikan waktu kita pada-Nya, kita harus menguasai penggunaan waktu kita. Kita harus membiarkan Allah mengatur rencana dalam hidup kita. Waktu belajar kita, waktu kerja kita, waktu bermain kita harus di hitung sebagai yang suci. Biarkan Tuhan memimpin hidup kita waktu demi waktu dan hari demi hari. Efesus 5:16 dan Kolose 4:5 memberitahukan kepada kita dengan menyerahkan tubuh kita kepada Allah dalam pelayanan-Nya, kita akan “mendapatkan kembali waktu tersebut”. Kita seharusnya tidak hanya menyerahkan tubuh kita saja, tetapi talenta kita juga. Apakah kita mempunyai satu atau dua atau lima, biarlah semuanya itu digunakan untuk kemuliaan-Nya. Kemampuan kita untuk berbicara, berkhotbah, dan mengajar tentang firman Allah seharusnya kita serahkan juga kepada Allah. Kemampuan kita untuk bernyanyi, bermain alat musik atau memimpin paduan suara seharusnya digunakan untuk Allah. Kita memiliki banyak perbedaan kemampuan yang tidak kita gunakan untuk-Nya, kita perlu menggunakannya dalam pelayanan-Nya. Ini bisa saja kemapuan yang tidak anda sadari, anda mempunyai kemampuan seperti menulis buku, puisi, cerita-cerita Kristen. Jadilah penengah, pejuang doa. Mungkin anda mempunyai kempuan memimpin dan berorganisasi. Ini merupakan keperluan yang besar dalam gereja kita sekarang. Dan mengenai semua kita harus memberikan semua milik kita kepada Allah. Kita dengan senang hati menyerahkan emas, perak kita dan segala sesuatu yang kita miliki kepada Allah. Ingatlah saudara-saudara, segala sesuatu ! Kita perlu memberikan hati kita kepada Tuhan dan hal itu harus dilakukan sebelum kita dapat melakukan yang lain.              II Korintus 8:5, “… Mereka memberikan diri mereka pertama-tama kepada Allah…” Penyerahan diri artinya menyerahkan segala sesuatu.

            Ketika semua dikatakan dan dilakukan kita dapat melihat hasil dari penyerahan diri. Roma 12:2, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah:Apa yang baik, yang berkanan kepada Allah dan yang sempurna”.

            Saudara-saudara, hidup yang tidak serupa dengan dunia dalam segala sesuatu. Kita juga perlu memiliki hidup yang berubah oleh pembaharuan budi. Manusia yang baru berpikir seperti Allah dengan kekalan dan nilai yang abadi dalam pandangan. Kita perlu hidup yang harmonis menurut kehendak Allah, dengan senang mengikuti rencana-Nya untuk kita. Kita perlu hidup yang dapat diterima pertama-tama oleh Allah kemudian diterima oleh manusia. Kita perlu hidup yang baik. Ini akan bermanfaat. Tidak pernah takut akibat penyerahan diri. Laki-laki dan perempuan akan bangkit dan menyebutmu diberkati karena kamu taat kepada Allah.

            Kita perlu hidup yang bersuka-cita, gembira dan menang sebab kita hidup dalam kesempurnaan Allah. Yang menciptakan kita dan  menebus kita dengan darahNya yang mahal.

            Dalam kesimpulan kita hari ini, saudara-saudara, kita dapat mengatakan bahwa penyerahan diri adalah sebuah proses. Ini setiap hari dan dari waktu ke waktu menyerah  pada waktu masa sulit dalam hidup kita.

            Pembaharuan setiap hari penyerahan hidup kita  bukan dengan daging tetapi dengan tinggalnya Roh sebagai tindakan yang tertinggi dari ibadah. Oleh karena itu sekarang, serahkan segala hal kepada Juru Selamat.

            Jangan pernah mengambilnya kembali. Sesuatu yang sudah diberikan tidak boleh diminta kembali.